Saturday, December 16, 2017

METAMORFOSIS

Kalau di scroll sebelum2nya ada postingan saya dengan judul "Perubahan Bermakna", tulisan ini lanjutan dari cerita itu tapi alurnya mundur,, hihihih


Aku belum dapat hidayah,, nanti-nantilah dulu..


Pernah dengar kalimat ini terlontar dari mulut seseorang?? Atau bahkan dari mulut kita sendiri?? Hahah Wolesss, kalo iya juga gak papa kok (senyum sabit).
Saya masih ingat pertama kali mulai hijrah memakai jilbab, awalnya karena terpaksa 
Saya pakai jilbab karena pendidikan dari sekolah TPA, trus berlanjut ke sekolah Ibtidaiyah, *FYI : Ibtidaiyah itu sekolah madrasah setara dengan SD dan saya ngejalani keduanya walaupun yang ibtidaiyah cuma sampai kelas 3 (hehehe) ,

Ketika SMP saya juga pakai  jilbab disekolah, dan SMK juga begitu, tapi yang berkesan pas SMK itu ada sedikit “pemaksaan” ^_^ , biasanya saya hanya pakai jilbab disekolah, setelah itu ya dibuka, tapi lain cerita pas SMK, sewaktu SMK ngekos didaerah dekat sekolah dan kebetulan disini ada peraturan dari seorang guru yang tinggal dilingkungan yang sama bahwa jika kedapatan tidak menggunakan jilbab dilingkungan tersebut maka akan mendapatkan sanksi dari guru tersebut.

Voilaaa... semenjak tau ada peraturan itu tiap keluar mau beli jajan ke warung aja saya harus pake jilbab (hahahha) lucu juga mikir tingkah2 para anak kos jaman dulu,, kalo udah malam malas pakai jilbab kita pasti pakai topi jaket buat nutupin kepala ala-ala penguntit.

Nah, hal menakjubkan terjadi setelah beberapa minggu tamat SMK, saya main ke mall bersama keluarga dan saya ngerasa risih dengan pakaian yang saya pakai, dress dibawah lutut, lengan pendek rambut dicat pirang ala2 -_- , beneran risih, gak tau kenapa, padahal itu stylenya sama kayak hari- hari biasanya kalo ngemall. Saya Sendiri bingung, yang jelas pada saat itu saya gak lagi dalam kondisi kalut, sedih, gundah, galau atau pencarian akan tuhan,  entah siapa yang mendoakan saya, karena sesuai hadis berikut :
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.
“Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan”. [HR Muslim No. 2733]
Jika memang ada seseorang yang mendoakan untuk kebaikan saya saat itu, semoga kebaikan selalu menyertai orang tersebut, aamiin.

Allah  SWT punya hak untuk memberikan hidayah kepada siapapum dan juga punya hak untuk mencabut atau tidak memberi hidayah kepada seseorang. Maka dari itu sudah sepatutnya kita bersyukur untuk apa-apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita yang mungkin saja belum tidak diberikan kepada orang lain padahal ia sangat menginginkannya.